Kamis, 29 November 2012

Monumen Kapal Selam, Saksi Bisu Kapal Selam Whiskey Di Indonesia

KRI pasopati 410, dengan torpedo kaliber 533 mm terjulur keluar




Monumen kapal selam atau biasa disingkat Monkasel berada di tepi kalimas. Monumen ini berada di sebelah surabaya plaza. Bangunan ini sudah ada sejak tahun 1998 ditandai dengan peletakan batu pondasi monumen di lokasi. Konon, kapal selam yang dijaga oleh Captain Serma Dijono ini pernah menumpas pemberontakan di Indonesia dan pernah dipakai dalam pertempuran laut aru melawan Belanda. Kapal selam KRI Pasopati dengan nomor lambung 410 ini adalah kapal selam whiskey class terakhir yang dikirim oleh Rusia ke Indonesia. Kapal ini digunakan dari tahun 1969 sampai 1988. Pemensiunan kapal ini ditandai oleh penurunan ular-ular perang dan dipotong menjadi 16 lempeng di dok PT PAL. Lempengan KRI pasopati kemudian disatukan di lokasi pembangunan hingga menjadi wujud aslinya. Dengan diresmikannya Monkasel, menandai akhir dari pengoperasian kapal selam whiskey di dunia. Selain KRI pasopati, ada sekitar 9 kapal selam dengan jenis yang sama. Namun, semua kapal tersebut sudah menjadi besi tua pada tahun 1970. Di sekeliling kapal, terdapat area jogging dan kolam renang mini. Di belakang kapal juga terdapat video rama tentang sejarah kapal selam tersebut dari awal diproduksi hingga pensiun dan dijadikan monumen.

Memasuki badan kapal selam buatan Vladi Wostok, Rusia tahun 1962 ini, anda akan masuk ruang torpedo. 4 peluncur torpedo terdapat di ruangan ini. 2 torpedo type SAET terjulur keluar dari peluncur torpedo dan 1 torpedo SAET disimpan di geladak. Disini, kapten serma Dijono berada dan menjadi guide di kapal. Memasuki ruang 2, terdapat foto-foto beberapa sesepuh kapal selam dan para pejuang yang pernah mengoperasikan kapal selam ini. Masuk ke ruang 3, disini pusat pengendalian kapal selam. Jika anda melihat dari periskop, anda bisa melihat jalan pemuda dengan mobil yang berlalu lalang. Memasuki ruang 4, disini tempat mesin diesel penggerak kapal berada. Memasuki ruang 5 ada tempat pembangkit arus listrik kapal dan ruang terakhir adalah ruang torpedo buritan dengan 2 peluncur dan 1 torpedo terjulur di sebelah kiri. Pada saat masuk, anda disambut oleh dingin nya hawa di dalam kapal selam karena dipasang ac. Padahal, kapal ini dahulu tidak dipasang ac dan hanya mempunyai kipas angin. "kami memasang ac agar pengunjung disini bisa merasa nyaman dan tidak pengap" ujar kapten Serma Dijono.

monumen U-boat 995 Jerman, salah satu monumen kapal selam
dengan konsep sama seperti monkasel
Dibalik kapal selam ini, sang kapten pernah bermimpi bahwa dirinya mengemudikan kapal selam ini di kalimas. Dari mimpi itu, kapten serma Dijono memutuskan untuk membangun monumen kapal selam di tepi kalimas. Dipilihlah KRI pasopati yang akan dijadikan monumen sehingga bisa dilihat dan dikunjungi sampai saat ini oleh sang kapten yang juga pernah mengoperasikan kapal selam dengan jenis lain yaitu kapal selam tipe 209 yang diberi nama KRI cakra 401 juga kapal penjelajah kelas sverdlov yang juga merupakan kapal perang terbesar di Indonesia yang dilengkapi meriam dan peluru kendali, KRI Irian.

Monumen kapal selam ini termasuk monumen langka karena jarang ada sebuah kapal selam asli dijadikan monumen. Selain di Indonesia, monumen kapal selam juga terdapat di Jerman. Monumen ini menampilkan kapal selam U-boat tipe 995. Lokasinya di pinggir pantai Jerman. Konsep yang ditawarkan juga sama. Hanya saja, Indonesia merupakan negara yang pertama kali membuat gagasan sehingga monumen kapal selam yang dikenal hanya di Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar