Senin, 17 Desember 2012

SUMENEP : NEGERI LAIN DI PULAU MADURA


Rubens, jong Madura
Ramah. Terbuka atas kedatangan orang luar. Inilah kesan pertama ketika berkunjung ke kabupaten Sumenep. Setelah melewati ganasnya jalanan Bangkalan, Sampang dan Pamekasan, pelancong akan disambut pemandangan unik nan teduh. Sebelah kanan jalan adalah pantai selatan Madura, dihiasi rimbunnya tanaman palem (buah lontar) dan puluhan bagang (rumah bambu di atas permukaan air laut). Penduduk setempat menjajakan buah lontar dan air legen yang segar. Harganya sangat murah. Buah lotar dijual hanya Rp1.000,00/bungkus isi 4. Air legen dijual hanya Rp2.000,00/botol air mineral.

Menjelang kota Sumenep, pelancong akan disambut ladang garam yang sangat luas. Sejauh mata memandang, yang ada adalah lautant garam. Rute ini ditempuh sekitar 5 km. Tidak jauh dari ladang garam adalah kota Sumenep yang asri. Konturnya berbukit, kotanya tenang, nyaris tidak ada pengemis di perempatan jalan. Jika berhenti di pusat pertokoan, pelancong bisa dibuat kaget oleh keterbukaan penduduk kota Sumenep. Tutur bahasanya halus dan sopan. Logat bicaranya tidak memerikan kesan kasar sedikitpun. Kata-kata "maaf", "silahkan", "monggo", "maturnuwun" sering keluar dari mulut mereka. Ya, penduduk Sumenep bahkan berbicara lebih halus dari penduduk Jawa saat ini. Norma, akhlaq, unggah-ungguh masih dipegang teguh para kyai untuk diajarkan dan dicontohkan kepada para santri. Keraton Sumenep adalah bukti sejarah bahwa kota ini merupakan salah satu peninggalan peradaban maha tinggi di pulau Madura.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar